Friday, July 28, 2006 

LUBANG

Jakarta bisa dibilang kota penuh dengan polusi
Dan polusi ada disetiap tempat, bahkan akibat dari polusi asap knalpot maka kerak-kerak kotoran "Upil" di Indra Penciuman bisa melebihi milik orang desa. Beruntung warga Jakarta memiliki Gubernur yang "sedikit" tanggap akan akibat polusi dan taman-taman kota sekarang sudah berfungsi sebagaimana mestinya meskipun masih banyak yang disalahgunakan hingga disisi trotoar pun telah tumbuh pepohonan hingga meneduhkan para pengguna trotoar "Para PKL & pejalan kaki".

Banyak sekali Perda Perda yang dihasilkan oleh Pemprov DKI, seperti PERDA No. 2/2005 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara, PERDA 11/1988 tentang ketertiban umum, dll. Tetapi sangat disayangkan perda perda tersebut kurang serius diterapkan dilapangan bahkan menangani permasalahan yang ada pun selalu "kucing-kucingan" dengan pelanggar.

kaos kaki bolongItulah salah satu lubang (Kurang tegas & tidak serius menerapkan hukum)
yang terjadi pada sistem kinerja pemerintah DKI yang bisa dimanfaatkan oleh orang yang sengaja melanggar peraturan dan karena seringnya lubang tersebut dibiarkan maka tambal sulam yang terjadi di kota ini.




Gambar disebelah bukan pengemudi pegawai DKI dan bukan juga aparat pemprov DKI, apalagi pejabat pemerintah DKI, tetapi yang pasti pegawai swasta sangat sederhana luar dalam hidupnya.


Monday, January 23, 2006 

Kelakar kurang bagus

Menapakkan jari jemari kaki di trotoar sepanjang jalan Gunung Sahari sedikit nyaman tanpa gangguan "Raja Trotoar". Rindangnya pepohonan, hijaunya rumput membuat indra penglihatan terasa segar berbinar dan jemari kakipun bebas menorehkan haknya.

Hitam pekat kali di sepanjang Gunung Sahari sudah tercemar dan ikan pun akan malas hidup di kali tersebut, mungkin Gubernur DKI akan berkelakar "tinggal dituang Susu jadi seperti Kopi Susu".
Tidak sehat kelakar seperti itu sebenarnya, lantas ?!!!

Monday, April 19, 2004 

Asbak punya Gubernur

Kemarin malem sewaktu ngobrol sama sang pujaan hati, aku disodorin hasil jepretan yang sungguh-sungguh menarik untuk dibahas dalam obrolan. Sambil ditemenin pisang panggang hasil olahan Antok gondrong (roti panggang pulo mas), obrolan berlanjut kemasalah pembangunan di kota Jakarta ini. Seperti tidak ada kerjaan saja ya... begitulah bila sang tapak selalu melangkahkan jemarinya.

Berakhir kemasalah pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah DKI, sangatlah tidak sedap dipandang mata dan hasil dari itu semua adalah kurangnya kerja yang profesional dalam bidangnya. Misalnya pemerintah sendiri yang diwakili oleh pemprov, apakah proyek-proyek yang dihasilkannya sudah sesuai dengan rencana, apakah terpikirkan akan rencana proyek yang jangka panjang dan laporan selalu tertuang diatas meja kerja, bukannya melihat langsung dilapangan. Masalah yang sama dilakukan juga oleh kontraktor, pekerjaan yang sudah menjadi tanggung jawabnya kurang dilaksanakan secara benar.   Do'i bilang "kerja amatiran" keuntungan segepok.

Seandainya Anda memiliki waktu lebih dikit saja, coba sesekali perhatikan pekerjaan para kontraktor di sana dan kunjungi lokasi proyek. Terasa sekali ketidak mengertinya para kontraktor dengan etika kerja dan batas waktu untuk melaksanakan pekerjaan proyek tersebut. Suatu proyek pembangunan underpass misalnya, pekerjaan tersebut harusnya dikerjakan siang malam agar pembangunan proyek tidak mengganggu kemacetan / arus lalu lintas yang berkepanjangan. Apabila pembangunan sudah mencapai titik final, maka pekerjaan yang tambal sulam seharusnya tidak terjadi lagi.   Contoh yang masih hangat adalah pembangunan fly over di Pancoran, jelas disana sebelum adanya pembangunan terdapat trotoar, kala dinyatakan selesai, trotoar tersebut lenyap dan bahkan puing-puing tanah masih teronggok. Pekerjaan amatiran telah dilaksanakan.

Kasus amatiran juga telah diciptakan oleh pemerintah DKI khususnya pemprov DKI. Apakah tidak bisa terjun langsung ke lokasi pembangunan suatu proyek, duit saja yang dipikirin sih. Perhatikan pembangunan yang mungkin sudah lama dikerjakan tetapi efeknya tidak selesai-selesai yaitu pembangunan pemugaran Batas Wilayah Jakarta atau Batas Wilayah Kecamatan di jakarta, sampai detik ini onggokan puing pembatas masih terlihat disana.   Sekali lagi, kerja amatiran yang diciptakan oleh pemprov DKI dan kalimat do'i terlontar geregetan "mau saja ya.. pemerintah dikadalin oleh kontraktor".

Bicara mengenai peraturan atau undang-undang, pemerintah DKI juga sangat-sangat tidak tegas tentang hal yang satu ini. Pernahkah memahami terciptanya suatu peraturan atau UU tersebut, duuhh... sangat memakan waktu, biaya dan tenaga dengan hanya satu peraturan tersebut. Bayangkan, peraturan yang tercipta dan hanya dilaksanakan beberapa bulan saja, setelah itu ?!! Sangat jelas lho dipandang mata apabila Anda menelusuri jalan Bypass atau jembatan penyeberangan, disana tertempel iklan-iklan yang ilegal dan tidak sedap dipandang. Apabila pemerintah memahami akan peraturan maka pemilik iklan tersebut seharusnya diproses ke pengadilan. Tetapi sayangnya mobil dinas yang dikendarain oleh bapak gubernur DKI selalu tertutup rapat dan kacanya gelap sekali. Kata do'i, "selalu tidur sih bila didalam mobil, bangun tidur sudah sampai tujuan". Lucunya lagi, pernah aku menyaksikan kunjungan gubernur disuatu lokasi dan wilayah sekitarnya sebelumnya sudah dirapikan terlebih dahulu sehari sebelum kunjungan.   ASBAK bangeeet!!!!!!

ASBAK bila sudah penuh dengan abu / batang rokok tidak dihiraukan, tetapi kala ada tamu yang perokok buru-buru dibuang isinya dan dibersihkan tempat rokok tersebut. Bersih lagi khan

Sunday, January 11, 2004 

Mentari menampakkan wujudnya

Mentari telah menampakkan wujudnya, bayang-bayang jalan jembatan segitiga senen terlihat nyata didepan mata dan asap kendaraan pun menerpa rupa hingga bola mata ini memerah. Dibawah jembatan tersebut bapak polisi tak henti-hentinya mengatur serta mengawasi kendaraan yang lalulalang dan sesekali meniupkan pluit kepada angkutan umum agar tidak terlalu lama berhenti menunggu penumpang.

Kucoba melangkahkan kaki ini ke taman depan Atrium, sangat disayangkan karena tanaman yang menghijau tumbuh subur tidak terawat sama sekali juga di sisi timur Atrium. Kemegahan dan keanggunan bangunan tersebut tak sebanding dengan lingkungannya. Baru kusadari langkah kaki ini telah berada di trotoar pasar senen depan jembatan. Seperti lenyap ditelan bumi apa yang ada disana yaitu trotoar yang kudambakan telah beralih fungsi, para pedagang kaki lima telah merebut fasilitas pejalan kaki.

Teringat PERDA yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah DKI tak berfungsi kembali, terbayang waktu dan tenaga untuk merumuskan PERDA tersebut, hingga terkulai lemas diri ini menyaksikan kesemrawutan yang diciptakan para pedagang kaki lima itu.

Wednesday, March 11, 2015 

Perilaku buruk pengendara motor

Dalam video ini seorang pemuda menyalahkan para pengendara motor yang mengendarai di trotoar dan melawan arah.






Perilaku buruk masih terjadi para pengendara motor di Jakarta dan bisa dibilang tidak memiliki budaya sopan santun, padahal Indonesia dikenal dengan masyarakat sopan dan santunnya.

Masih ingat dengan Taman Mini Indonesia Indah yang terletak di Jakarta Timur, TMII merupakan wajah Indonesia keseluruhan. Bagaimana dengan Jakarta sendiri, dikenal sebagai Ibu Kota Indonesia, kota Megapolitan, Jakarta yang tidak pernah tidur dan bermacam-macam orang, suku, budaya ada di Jakarta ini.

Jadi, bila ingin melihat wajah Indonesia keseluruhan bisa diwakili oleh Taman Mini Indonesia Indah, sedangkan budaya sopan santun dan toleransinya Anda bisa melihat di Jalanan Ibu Kota.

Jakarta sepi saat Lebaran.

Tuesday, November 21, 2006 

JAKARTA seperti Ibu Jari


Setelah menyaksikan dengan mata yang masih ada dikepala dan gambaran dimana-mana baik didepan Monas hingga di Ujung Aspal Pondokgede Jakarta timur, ternyata JAKARTA masih tetap sebagai Ibu Kota Negeri ini yaitu Indonesia.  Meskipun Bandara Soekarno Hatta tidak berada di Ibu kota tetapi Halim Perdana Kusuma masih berpijak di Jakarta dan merupakan Bandara kenegaraan yang sejuk dipandang mata.

Empat ratus tujuh puluh sembilan usia kota Jakarta di tahun ini, itu terlihat terutama di kawasan Kota Tua Jakarta Kota. Hampir semua bangunan di Kota Tua bergaya arsitektur kuno.  Bandingkan dengan usia negeri ini yang masih enam puluh satu tahun merdeka dari penjajahan.

Sebagai kota Metropolitan, kota terbesar, kota dengan beragam suku warganya, menyandang sebagai Ibu kota, yang berarti kota percontohan bagi kota-kota lainnya di negeri ini.   Kota ini masih berbenah diri dengan transportasinya, fasilitas umum, kebudayaan juga hutan betonnya. Jakarta masih terlihat sempurna dalam genggaman jemari.

Jakarta sebagai Ibu Kota bisa menjadikan referensi terhadap permasalahan di negeri ini pada umumnya, masih banyak kita temukan kriminalitas dimana-mana, pelanggaran transportasi secara umum, pengemis dan anak-anak dibawah umur masih banyak berkeliaran di perempatan jalan, mudahnya menemukan tempat khusus untuk para perokok daripada tempat khusus untuk ibu-ibu menyusui, dan seabrek tatanan hukum yang tidak berfungsi dengan semestinya.   Inilah Jakarta.

Kota nomer satu, tercepat, tersibuk, kota "JEMPOL" dalam penilaian dan beragam permasalahan terjadi didalamnya. Misalnya, jalan tol yang harusnya jalan bebas hambatan tetapi justru sebagai jalan banyak hambatan. Pembangunan jalan umum semisal fly over, underpass, bukannya memperlancar arus lalu lintas tetapi malah menghambat karena pekerjaan pembangunan yang molor. Masih banyak kekurangannya di kota ini, kita lihat Jakarta sebagai ibu kota belum beranjak dewasa dalam menata kedisiplinannya, banyak angkutan umum yang berhenti "Ngetem" berlama-lama di rambu larangan berhenti meskipun di depannya ada petugas Polisi ataupun DLLAJ, bahkan yang paling aneh angkutan umum menurunkan penumpang di tengah jalan juga menurunkan tidak sampai tujuan.

Maling teriak maling marak dikota ini, perampokan dengan senapan genggam, pemalakan, copet, kejahatan dalam Taksi, hingga kecemasan dan ketakutan warga untuk keluar malam. Sebutlah Jakarta, kota dengan kesibukannya hingga membuat terlena penegak hukum dan Perda (Peraturan Daerah) sebagai pajangan Lemari milik Gubernur.

Mandulnya paradigma hukum mengakibatkan rusaknya pilar kota tersebut dan ditambah lembeknya kepemimpinan akan menyuburkan naluri kebiadaban di kalangan masyarakat. Hanya sekian persen trotoar di Jakarta berfungsi dengan semestinya karena perampasan para PKL, hingga pinggir kali / sungai dijadikan rumah permanen. Fakta berkata, hak penyandang cacat sangat-sangat sulit dalam mengakses fasilitas publik di kota Jakarta ini.

Alih-alih memerangi pelanggar dengan Perda / Pergub, yang terjadi justru melestarikan pelanggaran yang berkelanjutan. Bukan mengentaskan tetapi semakin menetaskan. Kita lihat lagi birokrasi untuk pengurusan kartu tanda penduduk, surat izin mengemudi, akta kelahiran, paspor dan lainnya di Jakarta, sangatlah berbelit-belit.   Pantas bila salah satu iklan di televisi selalu menyuarakan dengan lantang akan hitam - putih dan berbunyi TANYA KENAPA ?

Inilah gambaran Jakarta sebagai ibu kota dan merupakan bopeng dari negeri ini yaitu Indonesia Negara Katulistiwa yang kaya, adil, makmur aman sentausa.

Friday, October 13, 2006 

Kadaluarsa

Mungkin sudah ratusan kendaraan bermesin yang kulihat melintasi jalan raya dihadapanku, berteduh di halte UKI dari sengatan panas hingga mentari menenggelamkan dirinya.  Semuanya melaju, hilang dan muncul lagi yang lainnya. Terus berganti tanpa ada hentinya.

Semua orang sibuk sejak fajar menyingsing hingga muncul lagi fajar yang berikutnya, mungkin ini yang disebut “kota yang tidak pernah tidur“.

Berjalan melewati trotoar yang tetap setia berada di samping jalanan, semakin lama semakin tidak mengenal kota ini karena pembangunan fasilitas umum begitu pesatnya, sebegitu lambatnya.  Fenomena lain yang cukup membuat berkerut kening adalah kemacetan di “kota yang tidak pernah tidur“ ini.

Melihat kenyataan tersebut, kadang rasa kagum dan bangga terlintas dalam angan, bahkan sering bertanya dalam keheningan malam; esok merasakan dampak apa lagi selain BBM terkuras habis dan stress ??!!

Kopi ABC panas mengepulkan aroma wangi hingga disudut ruangan. Tanpa disengaja, roti tawar coklat yang tinggal dua sisir telah berubah warna menjadi kehijauan dan kurang bagus bila mengkonsumsinya.  Batas waktu telah terlewatkan, dianjurkan mengkonsumsi sebelum tgl 11 Okt 2006 dan tertulis dalam pengikat kemasan plastik.
Hmmm... hanya kopi yang bisa kunikmati.


Komitmen dalam bentuk apapun tak akan ada artinya bila semua itu diabaikan, dilanggar bahkan idealis berubah.   Jangan sampai suatu proyek selalu mengorbankan masyarakat. Mempertanyakan seberapa waktu yang semestinya dilakukan dalam menyelesaikan proyek dan alangkah baiknya pengerjaannya dilakukan siang malam juga ada kontrol dari dinas PU. Memantau dan menindak kontraktor merupakan kewajiban dinas PU.   Kalau masyarakat ? hanya bisa mengeluh, protes, demo dan berakhir menjadi pesakitan.

Seandainya teori Kadaluarsa diterapkan oleh PU maka bisa sedikit mengurangi kejenuhan dan bahkan meningkatkan profesionalisme serta tanggungjawab pihak kontraktor.

Saatnya belajar menabuh beduq di bulan Ramadan.

Thursday, September 28, 2006 

Keselek biji kedondong

Melintasi sisi pusat Jakarta disiang bolong, tidak kudapatkan kesunyian seperti kampung halaman.   Hilir mudik orang Metropolitan tanpa senyum dan terlihat tatapan wajah saling curiga, meninggalkan jejak gelombang-gelombang perang berkecamuk hingga aku seperti berada di tengah permainan itu.

Jakarta terlampau sibuk dengan urusan dunianya.

Dongkol, gondoq melintasi trotoar beton di sepanjang Kramat Raya
memperdengarkan ayunan sepatu pembungkus jempol kaki yang bolong
Isi kepala rupanya sedang melayang seperti layang-layang....
Karena kehilangan keberanian terhadang tiga preman jalanan

Detak jantung berdenyut tak terkontrol
tak ada kata terucap.. tubuh lelah ..
yang ada hanya duka dan kelam

Isi dompet beralih ke genggamannya
aku putuskan untuk diam
sementara alat komunikasi masih berada dalam saku
terdengar kalimat dari bibirnya, Ayo dong... keluarkan dong isinya dong...
tak sadar kuberucap, artinya apa dong....?
..... Keselek biji kedongdong.... tantang nafsunya.

Lukisan lukisan pada tiang beton yang menyangga jalan. aku lihat geliat dari yang membuat. tapi apa?
tak seperti aku melihat geliat yang keluar dari ucapannya....

Monday, February 27, 2006 

Gali lubang tutup lubang

Gali lubang tutup lubang, begitulah bila ada proyek penggalian PLN, Telkom, dan lain-lain.

Masyarakat selalu khawatir apakah kontraktor dari PLN, Telkom dan lainnya bisa mengembalikan seperti kondisi semula atau tidak trotoar atau jalan yang sudah digali tersebut. Hari ini ditutup lubang yang sudah tergali, seminggu kedepan instansi lain memiliki wewenang lagi untuk membongkar sesuatu yang sudah rapi bersih tersebut. GALI LUBANG TUTUP LUBANG.

Kurang Profesional dan tidak adanya koordinasi antara instansi Telkom, PDAM, PLN dan lainnya yang berakibat rusaknya sarana dan fasilitas untuk umum, alhasil masyarakat yang selalu menjadi korban.
Korban ketidak becusan cara kerja instansi juga minimnya koordinasi. TUTUP LUBANG lagi.

Buruk akibatnya bila tidak adanya sanksi dan teguran kepada instansi tersebut. Seharusnya setelah proyek selesai baik TELKOM, PLN, PDAM maupun instansi lainnya yang memiliki kepentingan maupun kontraktor galian memeriksa ulang "cek dan ricek" apakah galian sudah dikembalikan seperti semula dengan kondisi baik dan mulus, atau belum. Bila dirasa kurang sempurna perbaikan penggalian tersebut maka instansi terkait selayaknya menegur kontraktor. ATAU kita "masyarakat" yang harus menegur instansi tersebut ?!!! he..he...he nggak lucu deh.

Adakah wilayah Anda terkena penggalian yang seenaknya oleh instansi+kontraktor, silahkan menegur PU DKI agar instansi PU berfikir kedepan tentang rencana proyek yang baik dan profesional untuk umum.

      >> Terlihat

Saturday, March 12, 2005 

Mocopatan di blok M

Mengikuti mocopatan di Angkringan Blok M sungguh tentram dan damai hati yg telah gundah beberapa minggu ini. Alunan nada yg keluar dari sela sela bibir pembaca sedikit asing terdengar ditelinga karna waktu yg tlah lama menelan aktifitas di hirukpikuknya kota metropolitan ini.

Waktu bergulir kebilangan delapan tiga puluh malam, tetapi insani yg hilir mudik semakin memenuhi trotoar tuk mendengarkan beberapa sebait kalimat mocopatan.

Nuansa jawa terasa kental di Angkringan tersebut. Kapan ya bisa menginjakkan kaki lagi di kota gudeg Jogya ?!!
Semoga waktu berpihak ke diri ini dan rencanapun tlah tersusun.

Monday, December 06, 2004 

Ngedumel sama Pemerintah Jakarta

Menelusuri jejak pembangunan underpass / flyover di kota Jakarta amatlah menyenangkan, menyesatkan dan bahkan mengharukan. Titik awal kesenangan memperhatikan proses pembangunan tersebut karena terpacu keingintahuan suatu proyek yg akan dikerjakan dan pada titik tertentu kesenangan tersebut menjadi trauma. Hal ini disebabkan lambatnya pekerjaan yg dihadapi para kontraktor sehingga suatu pengorbanan harus dilakukan antara masyarakat atau pihak kontraktor.

Suatu iklan pemerintah di media kaca selalu mendengungkan agar masyarakat harus hemat BBM, mencegah polusi, dahulukan yg cacat, buang sampah ketempatnya, dll. Himbauan yg patut diberi selamat, karena itu yg diinginkan masyarakat. Pertanyaannya, bagaimana saya bisa ........ ?!!

Menyesatkan, itu yg mungkin bisa aku komentari, kenapa ?
Pada titik tertentu pembangunan underpass/flyover akan mengorbankan masyarakat dari pada kontraktor itu sendiri, seharusnya itu dibalik dan memang kewajiban kontraktor harus mengorbankan waktunya, tenaganya dan bahkan anggarannya.   Bagaimana bisa hemat BBM kalau selalu terjadi macet yg berkepanjangan dilokasi proyek dan bahkan berakibat meluasnya kemacetannya. Andai saja suatu proyek untuk fasilitas umum dikerjakan siang malam, tenaga pekerja diperbanyak maka tidak sampai 2 tahun masyarakat mengalami stress dan boros BBM.
Bagaimana harus mencegah polusi di Jakarta ini kalau hapitatnya sudah dilanggar dan dirusak, oleh pemerintah DKI sendiri. Daerah resapan air sudah berubah menjadi pertokoan, perkantoran, mall. Ruang terbuka untuk umum hanya sekian persen yg tersedia. Angkutan umum seperti bis, metromini, angkot kecil yg tidak layak beroperasi (terseok-seok bila jalan, berasap hitam pekat) masih berada di jalan-jalan. Pesisir pantai berubah menjadi hunian rumah mewah. dll.

Mengharukan bila memperhatikan perda-perda yg ada tidak berjalan semestinya dan apakah memang sengaja dininabobokkan. Bagaimana tidak terharu kalau perda dengan nomer sekian melarang para PKL untuk berjualan di trotoar, kenyataannya ?

Terhenti disini.

Tuesday, April 13, 2004 

Pembangunan serentak di Jakarta

Wadueeh.... pembangunan di Jakarta ini makin gencar saja ya. Coba tengok di perempatan Cempaka Putih, akan berdiri fly over. Di Senen juga dibangun underpass, perempatan pemuda juga sedang dikerjakan fly over. Pernah melintasi cawang-uki, nah disana lagi ada pembangunan jalan juga. Anda akan heran bila di LA (Lenteng Agung) juga terjadi pembangunan serupa. Mana lagi ya... pokoknya di Jakarta ini serentak dilaksanakan pembangunan jalan-jalan yang bisa sedikit memperlancar laju kendaraan, katanya orang "dibelakang meja". Trotoar?, ternyata tidak tersentuh sedikitpun.

Kenapa serempak dilaksanakan pembangunan tersebut dalam waktu hampir bersamaan, ini yang perlu ditelusuri alurnya. Tidak kaget koq dan jangan heran apabila setiap pembangunan / perbaikan / proyek pasti (tidakmungkintidak) ada biaya siluman 'pertama', biaya tak terduga 'kedua', dan biaya khusus 'ketiga'. Ketiga biaya tersebut adalah anggaran dana pemerintah daerah untuk suatu pembangunan setiap tahunnya. Angaran tersebut biasanya habis atau kata lain dihabiskan agar tahun berikutnya dana yang mengalir bisa lebih besar dari tahun kemarin. Apabila anggaran biaya tidak sampai habis atau masih setengah saja, maka anggaran berikutnya tidak akan menambah. Kenapa sampai begitu ? coba cari informasi ke "orang dalam".

Nah... aku coba lanjutkan masalah diatas (pembangunan serentak), disana terjadi kepentingan pribadi yang paling dalam yang mungkin bisa menambah keinginannya dan satu lagi "batas waktu memimpin". Kepentingan "pribadi" bisa diartikan keinginan memanipulasi anggaran dan anggaran yang ada adalah biaya pembangunan yang bisa dilaksanakan tahun kini "masa menjabat" atau tahun mendatang "pejabat baru". Mengenai batas waktu memimpin, ini yang disalahtafsirkan oleh pejabat yang ajimumpung dinegeri ini. Kala memimpin, kepentingan umum adalah pribadi-nya, anggaran pembangunan yang ditetapkan adalah anggaran-nya dan batas waktu memimpin adalah batas melaksanakan tugas-nya.

IntiSari dari semua ungkapan diatas adalah manipulasi selama menjabat.

Sunday, January 18, 2004 

Pagi yang cerah di Jakarta

Pagi yang cerah di Jakarta dan pesona Monumen Nasional (Monas). Semalam, gerimis menerpa sebagian wilayah Jakarta dan pagi ini udara sejuk, bersih, segar bisa kurasakan di lingkungan Tugu Monas. Banyak warga ibu kota menikmati cuaca yang bersahabat ini juga para ibu-ibu senyum ceria menyaksikan anak balitanya lari kesana kemari bermain bola. Sayup-sayup terdengar alunan nada mengiringi langkah gerak para pesenam. Terkejut aku tiba-tiba penjual makanan, minuman menawarkan jualannya kepada semua orang. Aku mencoba membaca dan memperhatikan setiap kata yang terdapat pada papan pengumuman yang bunyinya "KENDARAAN RODA EMPAT/DUA DILARANG MASUK DAN TIDAK DIPERBOLEHKAN BERJUALAN DI LOKASI MONAS" dan para petugas keamanan yang lebih dari dua puluh orang tidak/kurang menjalankan tugasnya.

Setelah berolahraga di Monas, aku mencoba naik Busway dari Monas menuju Blok M dan kembali ke Kota. Hanya dibutuhkan waktu 20-30 menit x 2 perjalanan tersebut. Stress karena macet selama 3 tahun sedikit terobati dengan 30 menit tersebut.

Dalam perjalanan kucoba perhatikan asesori Bus yang terbilang mahal dan baru itu, dari peralatan transmitter, tape, kontrol pintu keluar masuk sampai tempat duduk sangat terasa kasar pembuatannya dan jauh beda dengan Bus PPD PATAS AC. Terlintas dibenak proyek 118 miliar.

Rasa bangga serta kepuasan kudapatkan di perjalanan dengan Busway, seketika itu sirna setelah tiba di kota. Stress dan rasa dongkol timbul diperjalanan berikutnya karena Trotoar yang seharusnya dikhususkan untuk pejalan kaki telah diserobot oleh pedagang kaki lima. Seandainya proyek berikutnya adalah Trotoarway !!!