Menjelang hari pencoblosan pemilihan Presiden 2019, banyak warga belum menentukan pilihannya (swing voters) dan ada juga yang sebagian kecil tidak memilih (undecided voters). Swing voters masih bimbang untuk menentukan pilihannya sedang undecided voters sepertinya tegas tidak ada pilihan yang tepat.

Golongan putih memang dan merupakan pilihan bagi warga yang tidak bisa mengharapkan para kandidat baik petahana maupun oposisi, dan aspirasinya pun akan meninggalkan hak nya untuk tidak memilih. Golput menjadi pilihannya dan itu boleh.

Sekian tahun menjadi golput alias golputers dan terakhir tahun kemarin masih tetap golput tapi menyarankan pihak lain untuk memilih salah satu kandidat, ini memang lucu dan menggelikan alias ambigu akut. Bahkan isi postingan di blog ini kebanyakan memposting status politik dari pemerintah pusat hingga pemerintah daerah khususnya pemerintah Jakarta.

Golput koq mengkritik.
Sejatinya golputers itu bersifat masa bodoh bahkan skeptis yang tidak memiliki tepian dan berada ditengah-tengah atau abu-abu. Bila ingin menjangkau tepian (mengkritik dan memuja) jangan menyebut dirimu Golput, karna pemilik kritik dan pemuja adalah para pemilih di pemilihan Presiden.

Menyadari kekeliruan ini, tidak sepantasnya menyebut "aku golputers" tetapi yang benar adalah aku memang masa bodoh akan semua kebijakan pemerintah yang ada ataupun tidak peduli dengan yang suka nyinyir.

Saya bukan Golput sekarang ini karena masih suka mengkritik dan memuja, Pilpres 2014 hanya menyarankan dan di pemilihan umum presiden Indonesia 2019 kali ini bukan memberi saran para pemilih tetapi langsung memilih sendiri calon Presiden 2019 yaitu capres berkemeja putih 01.
Kado untuk Jokowi langsung saya berikan bersama para pemilih lainnya di tanggal 17 April 2019.

Jadi Golput itu memang berat, biar yang apatis saja yang menyandang golputers.

Labels: Golput, Jokowi, Pilpres 2019