« Home | Pembangunan serentak di Jakarta » | Roti Bakar Pulo Mas » | Roti bakar sedikit Gosong » | Molornya Proyek Pembangunan di Ibu Kota » | Banjir » | Jakarta di hari minggu » | Sengsaranya Penumpang Angkutan Umum » | DLLAJ dan Terminal bayangan » | Kritikan pemerintah Jakarta » | Pagi yang cerah di Jakarta » 

Monday, April 19, 2004 

Asbak punya Gubernur

Kemarin malem sewaktu ngobrol sama sang pujaan hati, aku disodorin hasil jepretan yang sungguh-sungguh menarik untuk dibahas dalam obrolan. Sambil ditemenin pisang panggang hasil olahan Antok gondrong (roti panggang pulo mas), obrolan berlanjut kemasalah pembangunan di kota Jakarta ini. Seperti tidak ada kerjaan saja ya... begitulah bila sang tapak selalu melangkahkan jemarinya.

Berakhir kemasalah pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah DKI, sangatlah tidak sedap dipandang mata dan hasil dari itu semua adalah kurangnya kerja yang profesional dalam bidangnya. Misalnya pemerintah sendiri yang diwakili oleh pemprov, apakah proyek-proyek yang dihasilkannya sudah sesuai dengan rencana, apakah terpikirkan akan rencana proyek yang jangka panjang dan laporan selalu tertuang diatas meja kerja, bukannya melihat langsung dilapangan. Masalah yang sama dilakukan juga oleh kontraktor, pekerjaan yang sudah menjadi tanggung jawabnya kurang dilaksanakan secara benar.   Do'i bilang "kerja amatiran" keuntungan segepok.

Seandainya Anda memiliki waktu lebih dikit saja, coba sesekali perhatikan pekerjaan para kontraktor di sana dan kunjungi lokasi proyek. Terasa sekali ketidak mengertinya para kontraktor dengan etika kerja dan batas waktu untuk melaksanakan pekerjaan proyek tersebut. Suatu proyek pembangunan underpass misalnya, pekerjaan tersebut harusnya dikerjakan siang malam agar pembangunan proyek tidak mengganggu kemacetan / arus lalu lintas yang berkepanjangan. Apabila pembangunan sudah mencapai titik final, maka pekerjaan yang tambal sulam seharusnya tidak terjadi lagi.   Contoh yang masih hangat adalah pembangunan fly over di Pancoran, jelas disana sebelum adanya pembangunan terdapat trotoar, kala dinyatakan selesai, trotoar tersebut lenyap dan bahkan puing-puing tanah masih teronggok. Pekerjaan amatiran telah dilaksanakan.

Kasus amatiran juga telah diciptakan oleh pemerintah DKI khususnya pemprov DKI. Apakah tidak bisa terjun langsung ke lokasi pembangunan suatu proyek, duit saja yang dipikirin sih. Perhatikan pembangunan yang mungkin sudah lama dikerjakan tetapi efeknya tidak selesai-selesai yaitu pembangunan pemugaran Batas Wilayah Jakarta atau Batas Wilayah Kecamatan di jakarta, sampai detik ini onggokan puing pembatas masih terlihat disana.   Sekali lagi, kerja amatiran yang diciptakan oleh pemprov DKI dan kalimat do'i terlontar geregetan "mau saja ya.. pemerintah dikadalin oleh kontraktor".

Bicara mengenai peraturan atau undang-undang, pemerintah DKI juga sangat-sangat tidak tegas tentang hal yang satu ini. Pernahkah memahami terciptanya suatu peraturan atau UU tersebut, duuhh... sangat memakan waktu, biaya dan tenaga dengan hanya satu peraturan tersebut. Bayangkan, peraturan yang tercipta dan hanya dilaksanakan beberapa bulan saja, setelah itu ?!! Sangat jelas lho dipandang mata apabila Anda menelusuri jalan Bypass atau jembatan penyeberangan, disana tertempel iklan-iklan yang ilegal dan tidak sedap dipandang. Apabila pemerintah memahami akan peraturan maka pemilik iklan tersebut seharusnya diproses ke pengadilan. Tetapi sayangnya mobil dinas yang dikendarain oleh bapak gubernur DKI selalu tertutup rapat dan kacanya gelap sekali. Kata do'i, "selalu tidur sih bila didalam mobil, bangun tidur sudah sampai tujuan". Lucunya lagi, pernah aku menyaksikan kunjungan gubernur disuatu lokasi dan wilayah sekitarnya sebelumnya sudah dirapikan terlebih dahulu sehari sebelum kunjungan.   ASBAK bangeeet!!!!!!

ASBAK bila sudah penuh dengan abu / batang rokok tidak dihiraukan, tetapi kala ada tamu yang perokok buru-buru dibuang isinya dan dibersihkan tempat rokok tersebut. Bersih lagi khan