Kuala Lumpur dan Jakarta
Rangkaian kalimat yang tersusun membentuk cerita ini sedikit menyesakkan hati, kenapa begitu? Lihat ulasan dibawah ini (inti tulisannya yang kulampirkan).
Membandingkan kota Kuala Lumpur dengan kota Jakarta amatlah jauh, sejauh pengetahuan seorang bapak dengan anaknya yang masih duduk dikelas enam SD. Ambil salah satu contoh, angkutan umum yaitu angkutan yang diperuntukkan untuk masyarakat. Di negeri tetangga, banyak fasilitas umum yang sangat-sangat nyaman dipergunakan oleh masyarakat disana, ini karena para petugas yang berwenang bekerja secara profesional serta otomatis masyarakatnya akan wajib mentaatinya. Sedangkan di negeri ini, kita ambil saja kota Jakarta, hampir semua fasilitas umum yang ada tidak berfungsi sama sekali. Petugas, duuuh... meskipun memiliki wewenang untuk menindak, nyatanya hanya pengetahuan amatiran yang selalu ditonjolkan.
Terbayang tiga-empat tahun lampau, berdiri terminal modern di Blok M. Sebelum memasuki terminal, test uji emisi dilakukan pada setiap angkutan umum. Gedung pengatur angkutan berdiri menjulang diatas lokasi terminal yang berfungsi mengawasi, mengatur serta menindak angkutan tersebut. Petugas DLLAJ selalu mengontrol bis-bis baik sebelum memasuki terminal maupun akan meninggalkan terminal. Fasilitas untuk menunggu bis yang diperuntukkan penumpang juga sedikit nyaman karena para kaki lima tidak diperkenankan memasuki lokasi terminal. Para sopir / kenek akan mematuhi peraturan yang ada apabila tidak mau dikenakan sangsi cukup berat.
Sekarang ini, Seharusnya dan semestinya semakin canggih dengan kemajuan teknologi sekarang ini, malah semakin memprihatinkan kondisi terminal tersebut. Ini juga dipengaruhi kerja DLLAJ yang tidak profesional. Banyak angkutan umum yang tidak layak jalan, bisa bebas beroperasi walaupun pihak DLLAJ mengetahuinya. Pernahkah memperhatikan Metro Mini 01 (salah satu contoh), sudah dekil tempat duduknya, suara knalpot yang berisik serta asap hitam pekat keluar dari knalpot dan melintasi jalan dengan terseok-seok masih bebas beroperasi. Sungguh, dibawah standar kerja DLLAJ.
Dahulu, terminal Blok M bisa dibilang modern dan sekarang terminal bayangan bisa dikatakan sangat majujaya. Kenapa bisa begitu, karena petugas DLLAJ hampir semuanya tidak tahu akan peraturan yang ada dan cara kerjanya seperti pak ogah. Beberapa gambar bisa dilihat disini dan masih banyak yang tidak aku lampirkan. Setengah tahun lalu, didepan Cempaka mas terlihat rapi serta bersih dan sekarang telah dipergunakan terminal bayangan oleh Metro Mini 03 (Pulogadung-Rawamangun-Senen) bahkan Metro mini tersebut kalau berjejer bisa menutup jalan masuk ke Cempaka Mas. Ini juga terjadi selama enam-tujuh tahunan, terminal bayangan bercokol di Minangkabau (manggarai).
Apabila terminal bayangan tersebut tidak ditertibkan "tugas DLLAJ untuk meniadakan" maka kemacetan akan timbul di setiap perempatan atau arus jalan yang ada terminal bayangan tersebut.
Membandingkan kota Kuala Lumpur dengan kota Jakarta amatlah jauh, sejauh pengetahuan seorang bapak dengan anaknya yang masih duduk dikelas enam SD. Ambil salah satu contoh, angkutan umum yaitu angkutan yang diperuntukkan untuk masyarakat. Di negeri tetangga, banyak fasilitas umum yang sangat-sangat nyaman dipergunakan oleh masyarakat disana, ini karena para petugas yang berwenang bekerja secara profesional serta otomatis masyarakatnya akan wajib mentaatinya. Sedangkan di negeri ini, kita ambil saja kota Jakarta, hampir semua fasilitas umum yang ada tidak berfungsi sama sekali. Petugas, duuuh... meskipun memiliki wewenang untuk menindak, nyatanya hanya pengetahuan amatiran yang selalu ditonjolkan.
Terbayang tiga-empat tahun lampau, berdiri terminal modern di Blok M. Sebelum memasuki terminal, test uji emisi dilakukan pada setiap angkutan umum. Gedung pengatur angkutan berdiri menjulang diatas lokasi terminal yang berfungsi mengawasi, mengatur serta menindak angkutan tersebut. Petugas DLLAJ selalu mengontrol bis-bis baik sebelum memasuki terminal maupun akan meninggalkan terminal. Fasilitas untuk menunggu bis yang diperuntukkan penumpang juga sedikit nyaman karena para kaki lima tidak diperkenankan memasuki lokasi terminal. Para sopir / kenek akan mematuhi peraturan yang ada apabila tidak mau dikenakan sangsi cukup berat.
Sekarang ini, Seharusnya dan semestinya semakin canggih dengan kemajuan teknologi sekarang ini, malah semakin memprihatinkan kondisi terminal tersebut. Ini juga dipengaruhi kerja DLLAJ yang tidak profesional. Banyak angkutan umum yang tidak layak jalan, bisa bebas beroperasi walaupun pihak DLLAJ mengetahuinya. Pernahkah memperhatikan Metro Mini 01 (salah satu contoh), sudah dekil tempat duduknya, suara knalpot yang berisik serta asap hitam pekat keluar dari knalpot dan melintasi jalan dengan terseok-seok masih bebas beroperasi. Sungguh, dibawah standar kerja DLLAJ.
Dahulu, terminal Blok M bisa dibilang modern dan sekarang terminal bayangan bisa dikatakan sangat majujaya. Kenapa bisa begitu, karena petugas DLLAJ hampir semuanya tidak tahu akan peraturan yang ada dan cara kerjanya seperti pak ogah. Beberapa gambar bisa dilihat disini dan masih banyak yang tidak aku lampirkan. Setengah tahun lalu, didepan Cempaka mas terlihat rapi serta bersih dan sekarang telah dipergunakan terminal bayangan oleh Metro Mini 03 (Pulogadung-Rawamangun-Senen) bahkan Metro mini tersebut kalau berjejer bisa menutup jalan masuk ke Cempaka Mas. Ini juga terjadi selama enam-tujuh tahunan, terminal bayangan bercokol di Minangkabau (manggarai).
Apabila terminal bayangan tersebut tidak ditertibkan "tugas DLLAJ untuk meniadakan" maka kemacetan akan timbul di setiap perempatan atau arus jalan yang ada terminal bayangan tersebut.