Friday, July 28, 2006 

LUBANG

Jakarta bisa dibilang kota penuh dengan polusi
Dan polusi ada disetiap tempat, bahkan akibat dari polusi asap knalpot maka kerak-kerak kotoran "Upil" di Indra Penciuman bisa melebihi milik orang desa. Beruntung warga Jakarta memiliki Gubernur yang "sedikit" tanggap akan akibat polusi dan taman-taman kota sekarang sudah berfungsi sebagaimana mestinya meskipun masih banyak yang disalahgunakan hingga disisi trotoar pun telah tumbuh pepohonan hingga meneduhkan para pengguna trotoar "Para PKL & pejalan kaki".

Banyak sekali Perda Perda yang dihasilkan oleh Pemprov DKI, seperti PERDA No. 2/2005 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara, PERDA 11/1988 tentang ketertiban umum, dll. Tetapi sangat disayangkan perda perda tersebut kurang serius diterapkan dilapangan bahkan menangani permasalahan yang ada pun selalu "kucing-kucingan" dengan pelanggar.

kaos kaki bolongItulah salah satu lubang (Kurang tegas & tidak serius menerapkan hukum)
yang terjadi pada sistem kinerja pemerintah DKI yang bisa dimanfaatkan oleh orang yang sengaja melanggar peraturan dan karena seringnya lubang tersebut dibiarkan maka tambal sulam yang terjadi di kota ini.




Gambar disebelah bukan pengemudi pegawai DKI dan bukan juga aparat pemprov DKI, apalagi pejabat pemerintah DKI, tetapi yang pasti pegawai swasta sangat sederhana luar dalam hidupnya.


Monday, November 13, 2006 

LARANGAN MEROKOK MEMBLE

Perda DKI Jakarta No.2 Tahun 2005 dan Pergub No. 75 tahun 2005 tentang Kawasan Dilarang Merokok "nyaris" tak dihiraukan warga, para perokok tidak menggubrisnya dan bahkan Perda tersebut dicuekin.

Kita tahu bahwa pembuatan suatu Perda tidak asal tulis dan membutuhkan waktu yang lama, analisa yang berkepanjangan hingga bisa dijadikan suatu Perda (Peraturan Daerah).   Sudah berjalan setahun lebih Pergub tersebut berlaku ;  Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 20 Juni 2005 serta Diundangkan di Jakarta pada tanggal 23 Juni 2005.

Tetapi kenapa Pergub tersebut masih MEMBLE padahal Kawasan Dilarang Merokok sudah disosialisasikan baik di gedung bertingkat, perkantoran, mall, bandara, angkutan umum, dll dan bahkan proses persidangan bagi para pelanggar telah dilakukan.  Hal yang amat memalukan bahkan aneh bin ajaib bila Pemprov sendiri mengakui kalau penerapan larangan merokok tersebut belum berjalan secara maksimal.   Naah lho......

Sebetulnya yang MEMBLE siapa sih.... Pemerintah DKI, aparatnya yang katanya "tidak memadai" atau para Perokok yang sampai memble bibirnya karena merokok seperti kereta.   Berhasil tidaknya penerapan Pergub No 75/2005 tentang Kawasan Dilarang Merokok tergantung kesungguhan gubernur dan jajarannya menegakkan aturan itu.

Monday, December 06, 2004 

Ngedumel sama Pemerintah Jakarta

Menelusuri jejak pembangunan underpass / flyover di kota Jakarta amatlah menyenangkan, menyesatkan dan bahkan mengharukan. Titik awal kesenangan memperhatikan proses pembangunan tersebut karena terpacu keingintahuan suatu proyek yg akan dikerjakan dan pada titik tertentu kesenangan tersebut menjadi trauma. Hal ini disebabkan lambatnya pekerjaan yg dihadapi para kontraktor sehingga suatu pengorbanan harus dilakukan antara masyarakat atau pihak kontraktor.

Suatu iklan pemerintah di media kaca selalu mendengungkan agar masyarakat harus hemat BBM, mencegah polusi, dahulukan yg cacat, buang sampah ketempatnya, dll. Himbauan yg patut diberi selamat, karena itu yg diinginkan masyarakat. Pertanyaannya, bagaimana saya bisa ........ ?!!

Menyesatkan, itu yg mungkin bisa aku komentari, kenapa ?
Pada titik tertentu pembangunan underpass/flyover akan mengorbankan masyarakat dari pada kontraktor itu sendiri, seharusnya itu dibalik dan memang kewajiban kontraktor harus mengorbankan waktunya, tenaganya dan bahkan anggarannya.   Bagaimana bisa hemat BBM kalau selalu terjadi macet yg berkepanjangan dilokasi proyek dan bahkan berakibat meluasnya kemacetannya. Andai saja suatu proyek untuk fasilitas umum dikerjakan siang malam, tenaga pekerja diperbanyak maka tidak sampai 2 tahun masyarakat mengalami stress dan boros BBM.
Bagaimana harus mencegah polusi di Jakarta ini kalau hapitatnya sudah dilanggar dan dirusak, oleh pemerintah DKI sendiri. Daerah resapan air sudah berubah menjadi pertokoan, perkantoran, mall. Ruang terbuka untuk umum hanya sekian persen yg tersedia. Angkutan umum seperti bis, metromini, angkot kecil yg tidak layak beroperasi (terseok-seok bila jalan, berasap hitam pekat) masih berada di jalan-jalan. Pesisir pantai berubah menjadi hunian rumah mewah. dll.

Mengharukan bila memperhatikan perda-perda yg ada tidak berjalan semestinya dan apakah memang sengaja dininabobokkan. Bagaimana tidak terharu kalau perda dengan nomer sekian melarang para PKL untuk berjualan di trotoar, kenyataannya ?

Terhenti disini.

Tuesday, November 21, 2006 

JAKARTA seperti Ibu Jari


Setelah menyaksikan dengan mata yang masih ada dikepala dan gambaran dimana-mana baik didepan Monas hingga di Ujung Aspal Pondokgede Jakarta timur, ternyata JAKARTA masih tetap sebagai Ibu Kota Negeri ini yaitu Indonesia.  Meskipun Bandara Soekarno Hatta tidak berada di Ibu kota tetapi Halim Perdana Kusuma masih berpijak di Jakarta dan merupakan Bandara kenegaraan yang sejuk dipandang mata.

Empat ratus tujuh puluh sembilan usia kota Jakarta di tahun ini, itu terlihat terutama di kawasan Kota Tua Jakarta Kota. Hampir semua bangunan di Kota Tua bergaya arsitektur kuno.  Bandingkan dengan usia negeri ini yang masih enam puluh satu tahun merdeka dari penjajahan.

Sebagai kota Metropolitan, kota terbesar, kota dengan beragam suku warganya, menyandang sebagai Ibu kota, yang berarti kota percontohan bagi kota-kota lainnya di negeri ini.   Kota ini masih berbenah diri dengan transportasinya, fasilitas umum, kebudayaan juga hutan betonnya. Jakarta masih terlihat sempurna dalam genggaman jemari.

Jakarta sebagai Ibu Kota bisa menjadikan referensi terhadap permasalahan di negeri ini pada umumnya, masih banyak kita temukan kriminalitas dimana-mana, pelanggaran transportasi secara umum, pengemis dan anak-anak dibawah umur masih banyak berkeliaran di perempatan jalan, mudahnya menemukan tempat khusus untuk para perokok daripada tempat khusus untuk ibu-ibu menyusui, dan seabrek tatanan hukum yang tidak berfungsi dengan semestinya.   Inilah Jakarta.

Kota nomer satu, tercepat, tersibuk, kota "JEMPOL" dalam penilaian dan beragam permasalahan terjadi didalamnya. Misalnya, jalan tol yang harusnya jalan bebas hambatan tetapi justru sebagai jalan banyak hambatan. Pembangunan jalan umum semisal fly over, underpass, bukannya memperlancar arus lalu lintas tetapi malah menghambat karena pekerjaan pembangunan yang molor. Masih banyak kekurangannya di kota ini, kita lihat Jakarta sebagai ibu kota belum beranjak dewasa dalam menata kedisiplinannya, banyak angkutan umum yang berhenti "Ngetem" berlama-lama di rambu larangan berhenti meskipun di depannya ada petugas Polisi ataupun DLLAJ, bahkan yang paling aneh angkutan umum menurunkan penumpang di tengah jalan juga menurunkan tidak sampai tujuan.

Maling teriak maling marak dikota ini, perampokan dengan senapan genggam, pemalakan, copet, kejahatan dalam Taksi, hingga kecemasan dan ketakutan warga untuk keluar malam. Sebutlah Jakarta, kota dengan kesibukannya hingga membuat terlena penegak hukum dan Perda (Peraturan Daerah) sebagai pajangan Lemari milik Gubernur.

Mandulnya paradigma hukum mengakibatkan rusaknya pilar kota tersebut dan ditambah lembeknya kepemimpinan akan menyuburkan naluri kebiadaban di kalangan masyarakat. Hanya sekian persen trotoar di Jakarta berfungsi dengan semestinya karena perampasan para PKL, hingga pinggir kali / sungai dijadikan rumah permanen. Fakta berkata, hak penyandang cacat sangat-sangat sulit dalam mengakses fasilitas publik di kota Jakarta ini.

Alih-alih memerangi pelanggar dengan Perda / Pergub, yang terjadi justru melestarikan pelanggaran yang berkelanjutan. Bukan mengentaskan tetapi semakin menetaskan. Kita lihat lagi birokrasi untuk pengurusan kartu tanda penduduk, surat izin mengemudi, akta kelahiran, paspor dan lainnya di Jakarta, sangatlah berbelit-belit.   Pantas bila salah satu iklan di televisi selalu menyuarakan dengan lantang akan hitam - putih dan berbunyi TANYA KENAPA ?

Inilah gambaran Jakarta sebagai ibu kota dan merupakan bopeng dari negeri ini yaitu Indonesia Negara Katulistiwa yang kaya, adil, makmur aman sentausa.

Sunday, January 11, 2004 

Mentari menampakkan wujudnya

Mentari telah menampakkan wujudnya, bayang-bayang jalan jembatan segitiga senen terlihat nyata didepan mata dan asap kendaraan pun menerpa rupa hingga bola mata ini memerah. Dibawah jembatan tersebut bapak polisi tak henti-hentinya mengatur serta mengawasi kendaraan yang lalulalang dan sesekali meniupkan pluit kepada angkutan umum agar tidak terlalu lama berhenti menunggu penumpang.

Kucoba melangkahkan kaki ini ke taman depan Atrium, sangat disayangkan karena tanaman yang menghijau tumbuh subur tidak terawat sama sekali juga di sisi timur Atrium. Kemegahan dan keanggunan bangunan tersebut tak sebanding dengan lingkungannya. Baru kusadari langkah kaki ini telah berada di trotoar pasar senen depan jembatan. Seperti lenyap ditelan bumi apa yang ada disana yaitu trotoar yang kudambakan telah beralih fungsi, para pedagang kaki lima telah merebut fasilitas pejalan kaki.

Teringat PERDA yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah DKI tak berfungsi kembali, terbayang waktu dan tenaga untuk merumuskan PERDA tersebut, hingga terkulai lemas diri ini menyaksikan kesemrawutan yang diciptakan para pedagang kaki lima itu.

Thursday, November 20, 2008 

and just a dialogue in my head

The trouble is I don't hear this in my head as something a person would say.

Ingin sekali saya melempar "jika diperbolehkan" kotoran ayam ke Pemprov DKI dan memberikan sebaris kalimat, Lakukan saja selagi masih ingat di otak, seperti hangatnya tai ayam. Bukan karena tidak suka akan peraturan yang ada di Jakarta yang nota bene sebagai Ibukotanya negeri ini dan merupakan kota terbesar, tetapi semakin lama semakin memperburuk kejiwaan masyarakat. Salah satunya adalah rasa tidakpercaya dan kebencian hingga berakar yang namanya psikopat.

Belum genap hitungan ruas jari akan Kawasan Dilarang Merokok, di sana-sini sudah banyak yang menghiraukan juga bahkan menantang akan larangan tersebut. Larangan memberi sedekah kepada pengemis, Razia penumpang di atap gerbong kereta api, dan lain-lain hingga Operasi Yustisi Kebersihan, dan sudah MANDULNYA Perda DKI Jakarta karena tidak adanya sangsi berkelanjutan. Dengan dalil minimnya satgas penegak hukum maka seenaknya membuat rumor masyarakat yang tidak taat peraturan.

Citra buruk akan semakin melekat "Ibu Kota" Jakarta dikarenakan pemegang kendali melakukan kebijakan seperti ayam baru melakukan hajatnya di kandangnya.

Apakah Anda mengijinkan saya untuk memberi kado tai ayam kepada Pemprov DKI ?

Labels:

Friday, March 04, 2016 

Menjaring calon


BIG spider


Pagi itu sangat nyaman untuk menikmati udara segar yang sejuk dengan kabut tebal di depan mata dan butiran embun pagi yang menempel pada jaring laba-laba terlihat indah, alam ini penuh dengan keajaiban.

Sejuknya udara pagi akan menjadi sesuatu yang sangat mahal bagi masyarakat di Ibukota Jakarta tentunya karena polusi asap dari kendaraan, itulah fungsi dari taman - pepohonan yang seharusnya diperbanyak di kota-kota besar agar bisa meminimalisir polusi udara.

Menjaring masyarakat yang peduli dengan alam sudah diperlihatkan oleh pemimpin negeri ini dengan melepas beberapa ekor burung di lingkungan Istana Kepresidenan Bogor. Pemimpin sudah mengisyaratkan.

Jaring pengaman pun sudah dibentuk untuk menjaga alam dan menjaga kelestarian lingkungan sehingga terciptanya keseimbangan ekosistem, salah satunya Perda Perlindungan Satwa Burung yaitu larangan menembak, membunuh satwa burung yang dilindungi, menangkap, merusak, memusnahkan sarang dan atau telur satwa burung yang dilindung.

Jika kita tidak mau menjaga alam dengan baik, suatu saat alam akan berlaku jahat pula pada kita.

Embun pagi perlahan menguap dari jaring serta tubuh laba - laba tersebut hingga kehidupan kembali bergerak. Tiba - tiba diseberang meja, alat komunikasi berbunyi hingga suara merdu terdengar perlahan untuk mengajak ngobrol seputar DKI tentang "Calon". Sayangnya sudah setahun tidak menjadi penduduk Jakarta dan berpindah ke Jawa, Hanya bisa Support yang bisa kuperlihatkan agar Independen selalu bisa mengisi dan menjaga alam biar lestari.

Independen sangat diperlukan khususnya DKI Jakarta karena Ibukota tersebut sangat rawan akan penyelewengan.

Labels: , , , , ,